Kata orang, ada di sekolah baru merupakan sesuatu yang menyenangkan dan asyik—membuat hati berdebarlah, atau apa.
Tapi, kata Arlyn Benetta sudah berbeda lagi, menurutnya—sekolah baru, artinya kau harus bisa beradapatasi lagi, dan paling tidak harus menyesuaikan keadaan dengan lingkungan sekolah. (walau sekolah tersebut sekolah yang royal nilainya).
Yea, karena Arlyn Benetta sudah terlanjur betah dengan kehidupannya keseharian di rumah dengan guru privat-nya, dan segala royalti, glamour, dan kemewahan setiap harinya—bahkan setiap detiknya. Dan jika kau mengira itu akan membuat Arlyn menjadi manja—eng ing eng, TOTAL WRONG! Ar marah mandiri karena orang tuanya (yang walau sibuk) selalu menyuruh Ar untuk mengerjakan segala keperluannya sendiri dan membuat Ar untuk hanya memanfaatkan pembantu-nya jika Ar sudah tidak mampu.
Ar sendiri sempat M.I.A. karenanya—maksudnya, karena saking capeknya Ar. Tapi, kisah ‘sang Cinderella di rumah’ ini tak pernah mengenal dunia luar kecuali mall, saudara sekalian ! tapi apa mau dikata, Arlyn Benetta memang tidak pernah keluar kecuali kalau dia pergi ke mall atau diajak dinner oleh orang tua-nya saja. Dan ingat, Arlyn Benetta tidak punya teman. Garis bawahi itu didalam notes anda, mungkin nanti akan menjadi catatan berguna untuk menyebar aib Arlyn nantinya.
Tapi ini sudah disekolah, jadi Arlyn akan mengenal dunia luar lebih luas daripada hanya dirinya yang tahu kalau kehidupan luar itu adanya hanya mall saja sepintas.
Dan Ar, sudah negative thinking dahulu, yakin kalau dirinya tidak akan betah di Ouran. Terlebih—karena dikiranya tidak ada mall disini, jadi dari gerbang sampai dorm ini Ar terus berjalan lesu dengan hanya satu tujuan dia bersekolah disini : lulus. Tidak ada kata lain, hanya itu saja.
Terlalu banyak pikiran yang memenuhi Benetta—Arlyn, maksudnya. Sampai sampai dia tidak sadar kalau dirinya sudah ada di depan pintu kamarnya. Knop pintu kamar itu kinclong—terlihat sekali kalau terawat. Tak basa basi lagi, Ar memasukkan kunci kedalam lubangnya—memutar knop pintu dan pintu terbuka.
“not bad.” Ucap Ar, memicingkan matanya sedikit—lalu menaruh enam kopernya di atas kasur yang bisa dibilang nyaman—tapi menurut Ar tidak senyaman kamarnya— lalu langsung pergi begitu saja dari kamar tanpa mengunci pintu.
((OoC : Out))
Tapi, kata Arlyn Benetta sudah berbeda lagi, menurutnya—sekolah baru, artinya kau harus bisa beradapatasi lagi, dan paling tidak harus menyesuaikan keadaan dengan lingkungan sekolah. (walau sekolah tersebut sekolah yang royal nilainya).
Yea, karena Arlyn Benetta sudah terlanjur betah dengan kehidupannya keseharian di rumah dengan guru privat-nya, dan segala royalti, glamour, dan kemewahan setiap harinya—bahkan setiap detiknya. Dan jika kau mengira itu akan membuat Arlyn menjadi manja—eng ing eng, TOTAL WRONG! Ar marah mandiri karena orang tuanya (yang walau sibuk) selalu menyuruh Ar untuk mengerjakan segala keperluannya sendiri dan membuat Ar untuk hanya memanfaatkan pembantu-nya jika Ar sudah tidak mampu.
Ar sendiri sempat M.I.A. karenanya—maksudnya, karena saking capeknya Ar. Tapi, kisah ‘sang Cinderella di rumah’ ini tak pernah mengenal dunia luar kecuali mall, saudara sekalian ! tapi apa mau dikata, Arlyn Benetta memang tidak pernah keluar kecuali kalau dia pergi ke mall atau diajak dinner oleh orang tua-nya saja. Dan ingat, Arlyn Benetta tidak punya teman. Garis bawahi itu didalam notes anda, mungkin nanti akan menjadi catatan berguna untuk menyebar aib Arlyn nantinya.
Tapi ini sudah disekolah, jadi Arlyn akan mengenal dunia luar lebih luas daripada hanya dirinya yang tahu kalau kehidupan luar itu adanya hanya mall saja sepintas.
Dan Ar, sudah negative thinking dahulu, yakin kalau dirinya tidak akan betah di Ouran. Terlebih—karena dikiranya tidak ada mall disini, jadi dari gerbang sampai dorm ini Ar terus berjalan lesu dengan hanya satu tujuan dia bersekolah disini : lulus. Tidak ada kata lain, hanya itu saja.
Terlalu banyak pikiran yang memenuhi Benetta—Arlyn, maksudnya. Sampai sampai dia tidak sadar kalau dirinya sudah ada di depan pintu kamarnya. Knop pintu kamar itu kinclong—terlihat sekali kalau terawat. Tak basa basi lagi, Ar memasukkan kunci kedalam lubangnya—memutar knop pintu dan pintu terbuka.
“not bad.” Ucap Ar, memicingkan matanya sedikit—lalu menaruh enam kopernya di atas kasur yang bisa dibilang nyaman—tapi menurut Ar tidak senyaman kamarnya— lalu langsung pergi begitu saja dari kamar tanpa mengunci pintu.
((OoC : Out))